MOBIL HIBRID SEBAGAI TEROBOSAN TERBAIK UNTUK MENGATASI KELANGKAAN BAHAN BAKAR FOSIL DAN MASALAH PEMANASAN GLOBAL
Oleh : Hermawan Afif Nofalli
7311414136
Manajemen 2014
Latar belakang
Krisis minyak dunia menjadi suatu masalah serius yang dihadapi oleh
beberapa negara. Pihak yang paling merasakan dampak dari masalah ini adalah
negara berkembang, karena kelangkaan minyak dunia akan mendorong naiknya harga
pada komoditas tersebut. Kenaikan harga ini tentu dapat memengaruhi daya beli
masyarakat di negara berkembang yang umumnya berpenghasilan rendah. Beberapa
waktu yang lalu, negara kita mengalami krisis BBM yang menyebabkan harga barang
tersebut mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
Salah satu faktor penyebab kelangkaan BBM adalah semakin bertambahnya pengguna
kendaraan bermotor di jalanan. Kondisi ini menyebabkan semakin berkurangnya
cadangan minyak dunia. Sehingga, tidak heran semakin lama harga minyak semakin
mahal.
Disamping harga
minyak dunia yang semakin mahal dan semakin langka, hal lain yang harus
diperhatikan adalah dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar fosil
secara berlebihan. Pemanasan global adalah salah satunya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli di Eropa dan Amerika, penggunaan
bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor menyumbang emisi Efek Rumah Kaca
terbesar kedua setelah pabrik, yaitu CO2, metana (CH4), N2O, dan CFC (Johanson 2008:67--68).
Masalah pemanasan global akan menimbulkan
dampak yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Beberapa dampak
yang ditimbulkan karena masalah ini diantaranya, perubahan cuaca di bumi secara
ekstrim, semakin mencairnya kutub utara, dan masih banyak hal lain sifatnya
merugikan. Anehnya, beberapa pihak dari negara maju mengklaim bahwa kerusakan
hutan yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia adalah penyebab utama
terjadinya pemanasan global ini. Padahal, apabila kita kaji lebih dalam,
negara-negara maju dengan potensi industri yang begitu besar adalah penyumbang
emisi gas CFC yang sangat potensial.
Untuk mengatasi
masalah tersebut, beberapa produsen mobil terkemuka telah menciptakan suatu
alternatif baru yang mengkombinasikan bahan bakar fosil dengan mesin yang
berbahan bakar selain bahan bakar fosil atau yang biasa dikenal dengan istilah
kendaraan hibrid. Mobil ini dapat menghemat penggunaan BBM kurang lebih
sebanyak 30%. Hal ini tentu sangat membantu dalam mengatasi kelangkaan bahan
bakar fosil. Selain itu, emisi gas CFC ke udara juga dapat diminimalkan. Karena,
energi hibrid pada dasarnya menggunakan baterai yang ramah
lingkungan.
Walaupun teknologi
ini mendapatkan tanggapan positif dari berbagai kalangan, namun belum
sepenuhnya dapat diterapkan di negara kita. Pasalnya, harga dari kendaraan hibrid ini relatif mahal dan kebanyakan
masyarakat yang berada di Indonesia adalah
masyarakat dengan penghasilan rendah. Sehingga, kurang memungkinkan untuk
memakai kendaraan ini. Namun, beberapa negara maju sudah menerapkan kendaraan hibrid sebagai alat transportasi massal.
Penulis berharap, suatu saat negara kita juga mampu menerapkan teknologi ini di
semua jenis kendaraan bermotor, dengan harga yang terjangkau. Sehingga,
masyarakat bisa beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan hibrid ini.
Kendaraan
Hibrid
Kendaraan hibrid adalah suatu kendaraan yang memakai
lebih dari satu energi. Umumnya, kendaraan ini memakai energi listrik berupa
baterai sebagai pengganti fungsi BBM sebagai bahan bakar secara otomatis,
setelah dayanya terisi penuh selama perjalanan. Selain listrik, ada juga
kendaraan hibrid yang menggunakan
air, sel surya, bahkan udara sebagai media penghasil energi.
Ide tentang kendaraan hibrid berawal
sejak terjadinya krisis minyak dunia yang
semakin meningkat. Alasanya sudah jelas, yakni menghemat penggunaan BBM dan
diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca di udara agar tidak
menyebabkan dampak yang lebih besar lagi, yaitu semakin meluasnya pengaruh pemanasan
global.
Antara tahun 1960
sampai 1970, dampak dari krisis minyak dunia semakin terasa. Banyak pihak yang
menuntut perusahaan mobil untuk lebih sadar terhadap kondisi lingkungan. Hal
ini mendorong perusahaan mobil mencari berbagai alternatif baru sebagai
pengganti BBM seperti solar, listrik, baterai, dan energi lain yang lebih ramah
lingkungan. Baru pada sekitar tahun 2000, beberapa produsen kendaraan bermotor
seperti Toyota, Nissan, dan Volkswagen benar-benar menerapkan sistem hibrid secara murni pada sebuah mobil. Hal ini
merupakan salah satu upaya kepedulian terhadap lingkungan karena keadaan alam
yang semakin rusak akibat pengaruh dari pemanasan global, dan semakin
berkurangnya cadangan bahan bakar fosil dunia karena eksploitasi besar-besaran
pada sumberdaya terebut.
Dewasa ini,
semakin banyak kendaraan hibrid yang
diproduksi seperti Toyota Prius, Toyota SAI, bahkan Camry yang merupakan
pabrikan asal Indonesia. Perkembangan kendaraan hibrid terjadi dengan sangat pesat, dibuktikan dengan semakin meningkatnya
permintaan terhadap kendaraan ini dipasaran. Data yang penulis dapatkan dari
media online detikOto membuktikan
pada tahun 2005, sekitar 200.000 kendaraan hibrid berhasil diproduksi dan diperkirakan pada beberapa dekade kedepan
akan menjadi era hibrid yang murni,
yaitu menggunakan energi hijau yang ramah lingkungan tanpa bahan bakar fosil.
Sehingga, masalah kelangkaan bahan bakar fosil dan masalah lingkungan yang
ditimbulkan karena penggunaan BBM secara berlebihan seperti pemanasan global, dan polusi udara dapat teratasi.
(oto.detik.com 2009)
Pemanasan
global
Pemanasan
global sendiri menurut Agen Perlindungan
Lingkungan Amerika Serikat merupakan peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi
baik yang lalu maupun yang sedang terjadi saat ini. Kejadian ini sebagian besar
diakibatkan karena semakin banyaknya gas rumah kaca di atmosfir bumi (Udayanti
2008). Sementara itu, menurut Nasional Widlife Federation, pemanasan global
merupakan keadaan dimana suhu semakin hari semakin panas, hujan dan banjir
semakin deras, badai semakin hebat dan kekeringan semakin menjadi. Hal tersebut
merupakan dampak yang terjadi akibat pemanasan global (Supiandi 2006).
Sehingga, dapat disimpulkan secara umum bahwa pemanasan global adalah peristiwa
meningkatnya suhu rata-rata di bumi menjadi semakin tinggi sebagai akibat dari
penggunaan gas rumah kaca secara berlebihan yang tertimbun di atmosfir bumi.
Penyebab
pemanasan global
Pemanasan global terjadi karena semakin banyaknya sisa pembakaran
kendaraan bermotor yang menumpuk di
udara seperti CO, NO, dan HC yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil,
dapat mencemari atmosfir terutama pada lapisan stratosfir dimana terdapat
lapisan ozon (O3 ). Selain kendaraan bermotor, banyaknya pabrik juga merupakan salah
satu penyebab semakin semakin menipisnya lapisan ozon di atmosfir bumi. Keadaan
ini semakin diperparah dengan penebangan pohon yang tidak terkendali. Karena,
semakin sedikit jumlah pohon yang tersisa maka semakin berkurang pula media
untuk menyerap karbon di udara. Seharusnya, kita lebih meningkatkan perhatian
terhadap kondisi alam yang sudah semakin rusak ini dengan cara menanam pohon
pada lahan terbuka dan senantiasa
menggunakan bahan bakar fosil secara efektif dan efisien agar kondisi
lingkungan tetap terjaga dan dapat meminimalkan resiko kelangkaan BBM seperti
sekarang ini. Jika masalah ini semakin berlanjut, dikhawatirkan dapat
membahayakan kehidupan generasi selanjutnya.
Bahan
bakar fosil
Bahan bakar fosil
merupakan salah satu sumberdaya alam yang
tidak terbarukan. Artinya, proses pembentukanya terjadi dalam kurun
waktu yang sangat lama. Jenis dari bahan bakar ini beragam, seperti bensin,
solar, pertamax, dan sejenisnya yang biasa kita sebut dengan BBM (Udayanti
2008).
Namun, karena
semakin meningkatnya pengguna kendaraan bermotor di jalan raya, permintaan akan
bahan bakar ini juga semakin bertambah. Dampaknya adalah, bahan bakar ini
semakin lama semakin berkurang dan mengalami krisis atau kelangkaan.
Usaha
represif yang dapat dilakukan
Mengingat semakin
tingginya tingkat penggunaan kendaraan bermotor dijalanan, tentu diperlukan
suatu terobosan baru yang dapat menekan kelangkaan ini. Kendaraan hibrid adalah
salah satu usaha yang tepat dalam mengurangi dampak kelangkaan mnyak bumi ini.
Karena, mengingat kondisi hutan yang semakin lama semakin habis untuk keperluan
industri, rasanya tidak mungkin bila terus
mengandalkan hutan sebagai carbon
sink area atau tempat penyerapan karbon. Dengan adanya kendaraan hibrid
ini, penulis berharap ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar
fosil dapat semakin berkurang. Sehingga, masalah kelangkaan BBM dan fenomena pemanasan
global sedikit demi sedikit dapat diatasi.